Posts Subscribe to (PUT YOUR BLOG NAME HERE)Comments

Kamis, 28 Oktober 2010

Cinta Tanah Air Bagian Dari IMAN

Widya Castrena Dharma Siddha

Kondisi nasional Indonesia saat ini cukup memprihatinkan; pelanggaran perbatasan dan pelecehan oleh negeri jiran, pencurian ikan oleh nelayan asing, aksi terorisme bersenjata, "penghinaan' RMS dinegeri Belanda nun jauh sana hingga pada banyaknya bencana alam yang terjadi membuat miris keadaan. Belum lagi dengan tingkah polah insan-insan elite negeri ini yang masih gemar melakukan studi banding disaat bencana banjir di Papua melanda, pengadilan korupsi yang vonis hukumnya ringan, game of law dalam berbagai kasus, makelar kasus, rebutan jabatan Kapolri yang seperti tayangan infotainment, hingga lemahnya pembinaan olahraga hingga tim sepakbola kita dicukur nyaris gundul oleh negara sahabat, tak heran jika yang memimpin negeri inipun akhirnya gampang mengeluh. Memang tak gampang mengurus negara sebesar Indonesia. Diperlukan keberanian, wawasan tinggi, keimanan, kesabaran, keuletan dan rasa patriotisme yang kental.


Haruskah kita ikut-ikutan menggerutu dengan kondisi seperti ini? I dont think so. Khususnya bagi yang masih berusia muda dan berjiwa muda, negeri ini masih milik kita. Meski nilai rupiah tak pernah menang melawan dolar, ratusan ribu saudara kita masih menjadi kuli dan babu dinegeri orang, perekonomian kita sudah dikuasai pasar internasional, kita masih bisa untuk berbangga hati sebagai warga negara Indonesia. Karena negeri ini didirikan bukan oleh sekelempok orang, bukan pula pemberian para saudagar atau hibah dari negara asing. negeri ini didirikan dari banjir mata dan darah serta kekayaan harta yang tak ternilai, bukan dari tahun 1945 dimana awal negeri ini berdiri, tapi jauh ratusan tahun sebelumnya, saat perlawanan silih berganti terhadap kekuasaan kolonial terjadi.


Artinya adalah, bahwa kita yang hidup hari ini adalah keturunan para pejuang, anak-cucu dari para nelayan, petani, pendekar, ulama, pedagang dan tokoh-tokoh nusantara masa lalu yang perkasa. Yang sanggup mengarungi lautan luas hingga Madagaskar dan pantai Australia, serta menahan serbuan kaum Mongol-Cina yang disegani diabad pertengahan. Kita adalah bangsa yang besar dan beradab, bangsa timur yang religius, bangsa berbudaya yang telah melahirkan kokohnya Borobudur, tangguhnya kapal Phinisi, indahnya kain batik, cantiknya rumah gadang, tajamnya rencong, lezatnya Nasi Uduk, hebatnya debus, Istiqlal dan katedral, serta gemulainya tarian Bali dan lain-lain. Kita adalah bangsa yang percaya Tuhan dan Ke-Tuhan-an (religius). Semua agama besar dunia hidup, tumbuh dan berkembang disini. Dan yang terpenting, bumi, laut dan udara kita sangat kaya dan memberi hidup bangsa-bangsa lain didunia, pun hingga sekarang, meski semua hasil kekayaan itu belum kita nikmati semua dan bersama.


Lengkap sudah identitas kita, mau apa lagi? mau meratapi nasib yang serba terpuruk hari ini? Sedih boleh, namun kehilangan semangat jangan. Masih ada harapan dimasa depan. Asal generasi sekarang mau dan mampu untuk menyelami hakikat kebangsaan. Hakikat jatidiri bangsa, dan menanamkan tekad dalam hati bahwa kita bukan bangsa kuli!, Kita adalah bangsa Indonesia yang terdiri dari beragam entitas etnis, bahasa, budaya dan agama berbeda namun satu kesatuan. Kita adalah bangsa pejuang, karena itu kondisi keterpurukan hari ini harus diperjuangkan oleh kita semua agar kembali baik lagi, gemah ripah loh jinawi, tata tenterem kertaraharja.


Untuk itulah wahai saudara-saudaraku kawula muda Indonesia, bangkitkan rasa kebanggaan, jadikan tantangan sebagai peluang dan rebut kembali kejayaan. Cintai negerimu sebagaimana kau cintai Ibu-Bapakmu, kekasihmu atau Tuhanmu. Negeri ini masih membutuhkan engkau.

Khusus untuk kalian yang telah memilih aktif menjadi anggota Resimen Mahasiswa, berbanggalah;

karena dalam baret Ungu kalian merupakan warna perasan darah, airmata dan pengorbanan lainnya dari para pejuang bangsa, yang telah membiru-mengkristal menjadi ungu yang sakral.

Baju hijaumu bukan perlambang militeristik, tapi merupakan wujud dari kemakmuran alam Indonesia.

Dan Baju 'cream' (warna khaki) mu merupakan gambaran nyata dari hamparan pasir pantai nusantara yang telah disinggahi dan didarati ribuan bangsa. Yang berarti kita harus membuka wawasan dan pengalaman kita seluas mungkin, sebagai bekal dari tanaman disiplin, loyalitas dan kebersamaan yang pernah kita tempa.

Latihan kemiliteranmu merupakan warisan semangat juang dan gemblengan nyata para pahlawan kusuma bangsa.


Berbanggalah kalian Menwa Indonesia yang berasal dari beragam budaya asal daerah (Skomenwa) dan perguruan tinggi (Satuan) yang berbeda, telah menjadi satu Menwa nasional saat ini. Dari sabang sampai Merauke semua sama, semua satu tujuan yakni mempertahankan NKRI dengan harga mati! Tanpa tawar menawar dan siap mengabdi di segala bidang.


Alumni kita sudah tersebar luas, rekatkan! Ingatkan kembali mereka akan masa-masa penggemblengan dan perjuangan dulu, meski saat ini sedang sibuk di bidang profesionalismenya masing-masing, dan kondisi Menwa agak berbeda dengan masa dimana mereka aktif dulu. Tak seperti sebelum era reformasi, Saat ini kita tak begitu lagi dipedulikan negara, tak mengapa yang penting kita masih peduli dengan negara dan bangsa kita. Kita masih mampu mengurus diri kita sendiri, hingga saatnya nanti negara akan sadar betapa pentingnya kita untuk pertahankan NKRI.Ingatkan semua, bahwa INDONESIA belum mau runtuh, INDONESIA masih butuh kita, butuh semua rakyat dan para pemimpinnya yang bertobat;


Generasi muda bangsa yang rela menyisihkan waktu kuliah untuk berbasah-basah dengan lumpur dan menyerap terik mentari dalam pendidikan dasar untuk menyelami dan menghayati penderitaan para pendiri bangsa. ITULAH MENWA, Jiwa spartan dan kewiraan pun kita santap hingga meresap dalam diri kita masing-masing hingga kemudian menghasilkan rasa patriotisme, cinta tanah air dan kebangsaan yang tebal. Kitalah generasi bangsa yang hari ini masih mau menghormati bendera merah putih, yang masih mau berdiri tegak dalam upacara kebangsaan, yang masih mau diperintah dan dibimbing menuju kebenaran,yang juga mau dibentak dan digalaki dalam pelatihan kemiliteran tanpa harus ikutan gembar-gembor tentang Komponen Cadangan yang ujung-ujungan urusan uang! Kitalah komponen pertahanan yang siap dicadangkan juga siap dikedepankan, dan juga selalu lantang mengucap kata Siap BELA NEGARA secara fisik maupun pemikiran dan juga sikap, yang mana kata itu sudah jarang terdengar diluaran. (seharusnya para olahragawan yang berjuan atas nama bangsa juga selalu didengungkan kata BELA NEGARA, kalau perlu didoktrin. Yah, Kita telah mendoktrin diri sendiri dengan istilah BELA NEGARA dan berakibat Juga yang merasa terhina jika bangsa ini direndahkan. Tidak seperti kaum TERORIS yang berlatih militer dan mendoktrin dirinya untuk hancurkan INDONESIA. Justru for teroris, WE HATE THEM!!


Terus maju kawan, jangan perdulikan kebimbangan atau omongan orang yang tak mengerti tentang Korps Baret Ungu. Kita ada karena sejarah INDONESIA menghendaki. Yakinlah, bahwa apa yang kau lakukan hari ini dalam keorganisasian Resimen Mahasiswa adalah masa-masa dimana kalian meresapi arti sebagai manusia Indonesia yang sesungguhnya. Lupakan segala perbedaan kecil antara kita, Dan PERCAYALAH...aplikasi dari tindakanmu ini merupakan wujud CINTA TANAH AIR, dan itu artinya kita masih Punya IMAN kepada Tuhan YME, Sang Khalik Yang Perkasa. Karena Cinta tanah air adalah sebagian dari Iman. Amin.



Hormat Kami,

Erwin H Al-Jakartaty

NBP. 93750725501

Wadan Konas Menwa Indonesia

Read More “Cinta Tanah Air Bagian Dari IMAN”  »»

Selasa, 15 Juni 2010

Sejarah Menwa

RESIMEN MAHASISWA INDONESIA

A. PENDAHULUAN


Kehidupan dunia pada era globalisasi dimana setiap peristiwa disuatu negara menjadi perhatian dan konsumsi Internasional yang telah meresap dalam kehidupan masyarakat, demikian halnya dengan Indonesia tidak luput dari pantauan dunia Internasional. Untuk menjaga tetap tegaknya NKRI pada era globalisasi sekarang ini, kesadaran belanegara serta jiwa nasionalisme merupakan materi yang lebih tepat dibina serta dikembangkan karena merupakan kunci perekat antar masyarakat, antar agama, antar budaya serta antar daerah. Oleh karena itu dalam rangka pembinaan dan pengembangan kesadaran belanegara bagi setiap komponen masyarakat salah satunya dilaksanakan melalui kegiatan peningkatan kesadaran bela negara khususnya kepada generasi muda sebagai penerus bangsa.

Peningkatan Kesadaran Bela Negara merupakan bagian penting dari Ketahanan Nasional yang berfungsi untuk meningkatkan motif moral. Motif moral menjadi gambaran kecerdasan sosial dalam wujud kemampuan mengamati dan mengawasi secara komprehensif. Kemampuan ini berguna untuk menumbuhkan kemampuan partisipatif warga negara dalam wujud kemampuan melakukan kontrol sosial yang dilandasi nilai moral kebangsaan.

Resimen Mahasiswa Indonesia sebagai salah satu wadah yang berperan dalam membentuk jiwa dan karakter generasi bangsa yang handal, berwawasan kebangsaan, penuh kreativitas dan dedikasi untuk menyongsong hari depan yang lebih baik. Kesadaran belanegara lebih terfokus dan bersifat universal serta penerapannya lebih fleksibel sesuai kepentingan Nasional dan perkembangan jaman yang berorientasi pada kepentingan, kebutuhan situasi dan kondisi perkembangan masyarakat, sehingga terwujud warga negara Indonesia yang memiliki kesadaran belanegara, berbangsa dan bernegara serta cinta tanah air.

Dengan demikian pembinaan Resimen Mahasiswa Indonesia yang di dalamnya sudah memuat kesadaran bela negara, diarahkan untuk membentuk dan mengembangkan kepribadian yang memiliki jiwa kebangsaan dan cinta tanah air, serta memiliki kesadaran dalam pembelaan negara sebagai upaya membangun sumberdaya daya manusia Indonesia seutuhnya, juga sebagai prasyarat dalam membangun sistem pertahanan negara.

B. SEJARAH RESIMEN MAHASISWA INDONESIA DAN KOMANDO NASIONAL RESIMEN MAHASISWA INDONESIA

Masa Perjuangan Pergerakan Nasional.

Sejarah perjuangan pergerakan nasional dimulai sebagai babakan baru dengan lahirnya gerakan “BOEDI OETOMO” pada tanggal 20 Mei 1908 oleh para mahasiswa STOVIA Jakarta. BOEDI OETOMO merupakan wadah pergerakan kebangsaan yang kemudian menentukan perjuangan nasional selanjutnya. Dengan lahirnya gerakan ini, maka terdapat cara dan kesadaran baru dalam kerangka perjuangan bangsa menghadapi kolonial Belanda dengan membentuk organisasi berwawasan nasional. Organisasi ini merupakan salah satu upaya nyata untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan dan selanjutnya terbentuklah berbagai organisasi perjuangan yang lain, seperti Syarikat Dagang Islam, Indische Partij dan lain sebagainya.

Mahasiswa Indonesia di negeri Belanda pada tahun 1908 mendirikan Indische Verenigde (VI) yang berubah menjadi Perkoempoelan Indonesia (PI), kemudian pada tahun 1922 berubah lagi menjadi Perhimpoenan Indonesia (PI). Sejak itu hingga tahun 1924 PI tegas menuntut kemerdekaan Indonesia, hingga pada dekade ini, para pemuda mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri telah membuka lembaran baru bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia melalui forum luar negeri.

Perhimpoenan Indonesia (PI-1922), Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia (PPPI-1926) dan Pemoeda Indonesia (1927) merupakan organisasi pemuda dan mahasiswa yang memiliki andil besar dalam merintis dan menyelenggarakan Kongres Pemoeda Indonesia tahun 1928, kemudian tercetuslah “Soempah Pemoeda”. Dengan demikian, semangat persatuan dan kesatuan semakin kuat menjadi tekad bagi setiap pemuda Indonesia dalam mencapai cita-cita Indonesia merdeka.

Masa Pendudukan Jepang.

Tekanan pemerintah Jepang mengakibatkan aktifitas pemuda dan mahasiswa menjadi terbatas, bahkan menjadikan mereka berjuang di bawah tanah. Sekalipun demikian para pemuda mahasiswa mampu mengorganisir dirinya dengan mengadakan sidang pertemuan pada tanggal 3 Juni 1945 di Jl. Menteng 31 Jakarta, dengan menghasilkan keputusan bahwa pemuda mahasiswa bertekad dan berkeinginan kuat untuk merdeka dengan kesanggupan dan kekuatan sendiri. Keputusan tersebut kemudian dikenal dengan Ikrar Pemoeda 3 Joeni 1945.

Menjelang Jepang terpuruk kalah tanpa syarat dalam Perang Dunia II, untuk memperkuat posisinya di Indonesia, Jepang melatih rakyat dengan latihan kemiliteran. Tidak ketinggalan pemuda, pelajar dan mahasiswa. Pasukan pelajar dan mahasiswa yang dibentuk oleh Jepang disebut dengan “GAKUKOTAI”.

Masa Kemerdekaan.

Meskipun kemerdekaan Indonesia telah diproklamirkan, keikutsertaan pemuda dan mahasiswa terus berlanjut dengan perjalanan sejarah TNI. Tanggal 23 Agustus 1945, PPKI membentuk BKR. Di lingkungan pemuda dan mahasiswa dibentuk BKR Pelajar. Setelah mengikuti kebijakan Pemerintah tanggal 5 Oktober 1945, maka diubah menjadi TKR, sedangkan di lingkungan pelajar dan mahasiswa diubah menjadi TKR Pelajar.

Pada tanggal 24 Januari 1946 TKR diubah lagi menjadi TRI. Untuk mengikuti kebijakan Pemerintah ini, pada kesekian kalinya, laskar dan barisan pemuda pelajar dan mahasiswa mengubah namanya. Nama-nama tersebut menjadi bermacam-macam antara lain: TRIP, TP, TGP, MOBPEL dan CM.

Pada tanggal 3 Juni 1946, Presiden RI telah mengambil keputusan baru untuk mengubah TRI menjadi TNI. Keputusan ini dimaksudkan agar dalam satu wilayah negara kesatuan, yaitu tentara nasional hanya mengenal satu komandan. Dengan demikian maka laskar dan barisan pejuang melebur menjadi satu dalam TNI. Sementara itu laskar pelajar dan mahasiswa disatukan dalam wadah yang kemudian dikenal sebagai “Brigade 17/TNI-Tentara Pelajar”. Peleburan badan-badan perjuangan di kalangan pemuda pelajar dan mahasiswa ini merupakan manifestasi dari semangat nilai-nilai persatuan dan kesatuan, kemerdekaan serta cinta tanah air, dalam kadarnya yang lebih tinggi. Semangat berjuang, berkorban dan militansi untuk mencapai cita-cita luhur dan tinggi, merupakan motivasi pemuda pelajar dan mahasiswa yang tidak pernah padam hingga sekarang, yaitu dengan mengisi kemerdekaan melalui pembangunan nasional.

TERBENTUKNYA RESIMEN MAHASISWA INDONESIA

Masa Penegakan Kedaulatan Republik Indonesia.

Dengan diakuinya kedaulatan Negara Kesatuan RI sebagai hasil keputusan Konferensi Meja Bundar 27 Desember 1949 di Den Haag, maka perang kemerdekaan yang telah mengorbankan jiwa raga dan penderitaan rakyat berakhir sudah. Karenanya Pemerintah memandang perlu agar para pemuda pelajar dan mahasiswa yang telah ikut berjuang dalam perang kemerdekaan, dapat menentukan masa depannya, yaitu perlu diberi kesempatan untuk melanjutkan tugas pokoknya, “BELAJAR”. Sehingga pada tanggal 31 Januari 1952 Pemerintah melikuidasi dan melakukan demobilisasi Brigade 17/TNI-Tentara Pelajar. Para anggotanya diberi dua pilihan, terus mengabdi sebagai prajurit TNI atau melanjutkan studi.

Kondisi sosial ekonomi dan politik di dalam negeri sebagai akibat dari pengerahan tenaga rakyat dalam perang kemerdekaan, dianggap perlu diatur dan ditetapkan dengan Undang-Undang. Maka dikeluarkanlah UU Nomor 29 Tahun 1954 tentang Pertahanan Negara. Pada dekade 1950-an, ternyata perjalanan bangsa dan negara ini mengalami banyak ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. Pemberontakan demi pemberontakan terjadi di tengah-tengah perjuangan untuk membangun dirinya. Pemberontakan itu antara lain DI/TII, pemberontakan Kartosuwiryo dan sebagainya. Pemberontakan meminta banyak korban dan penderitaan rakyat banyak. Rakyat tidak bisa hidup dengan tenang, karena situasi tidak aman dan penuh kecemasan.

Memperhatikan kondisi semacam itu, satu tradisi lahir kembali. Para mahasiswa terjun dalam perjuangan bersenjata untuk ikut serta mempertahankan membela NKRI bersama-sama ABRI. Sebagai realisasi pelaksanaan UU Nomor 29 Tahun 1954, diselenggarkan Wajib Latih di kalangan mahasiswa dengan pilot proyek di Bandung pada tanggal 13 Juni 1959, yang kemudian dikenal dengan WALA 59 (Wajib Latih tahun 1959). WALA 59 merupakan batalyon inti mahasiswa yang merupakan cikal bakal Resimen Mahasiswa sekarang ini. Kemudian disusul Batalyon 17 Mei di Kalimantan Selatan. Bermula dari itulah, pada masa demokrasi terpimpin dengan politik konfrontasi dalam hubungan luar negeri, telah menggugah semangat patriotisme dan kebangsaan mahasiswa untuk mengabdi kepada nusa dan bangsa sebagai sukarelawan. Penyelenggaraan pendidikan dan latihan kemiliteran selanjutnya dilaksanakan untuk mempersiapkan mahasiswa sebagai potensi pertahanan dan keamanan negara melalui RINWA (Resimen Induk Mahasiswa), yang selanjutnya namanya berubah menjadi MENWA (Resimen Mahasiswa).

Masa Orde Lama.

Persiapan perebutan Irian Barat ditandai dengan upaya-upaya memperkuat kekuatan nasional. Di lingkungan mahasiswa dikeluarkan Keputusan Menteri Keamanan Nasional Nomor: MI/B/00307/61 tentang Latihan Kemiliteran di perguruan tinggi sebagai “Pendahuluan Wajib Latih Mahasiswa”. Dengan dicanangkannya operasi pembebasan Irian Barat pada tanggal 19 Desember 1962, dikenal dengan TRIKORA, maka untuk menindaklanjutinya, Menteri PTIP mengeluarkan Instruksi Nomor 1 Tahun 1962 tentang Pembentukan Korps Sukarelawan di lingkungan Perguruan Tinggi. Berikutnya, kedua keputusan di atas disusul dengan Keputusan Bersama Wampa Hankam dan Menteri PTIP Nomor: M/A/20/1963 tanggal 24 Januari 1963 tentang Pelaksanaan Wajib Latih dan Pembentukan Resimen Mahasiswa di lingkungan Perguruan Tinggi. Pengembangannya dilakukan dalam satuan-satuan Resimen Induk Mahasiswa (RINWA), yang diatur dalam Keputusan Bersama Wampa Hankam dan Menteri PTIP Nomor: 14A/19-20-21/1963 tentang Resimen Induk Mahasiswa.

Tahun 1964 melalui Instruksi Menko Hankam/Kasab Nomor: AB/34046/1964 tanggal 21 April 1964 dilakukan pembentukan Menwa di tiap-tiap Kodam. Hal ini dipertegas dengan Keputusan Bersama Menko Hankam/Kasab dan Menteri PTIP Nomor: M/A/165/1965 dan Nomor: 2/PTIP/65 tentang Organisasi dan Prosedur Resimen Mahasiswa, Menwa ikut serta mendukung operasi Dwikora (Dwi Komando Rakyat) tanggal 14 Mei 1964. Sebagai bukti keikutsertaan ini dapat diketahui bahwa hingga tanggal 20 Mei 1971, sebanyak 802 (delapan ratus dua) orang anggota Menwa memperoleh anugerah “Satya Lencana Penegak” dan beberapa memperoleh anugerah “Satya Lencana Dwikora”.

Dalam perkembangan sejarah selanjutnya, di mana Menwa memiliki andil yang besar dalam membantu menegakkan NKRI, maka PKI (Partai Komunis Indonesia) merasakan ancaman, sehingga pada tanggal 28 September 1965, Ketua PKI D.N. Aidit menuntut kepada Presiden Soekarno supaya Resimen Mahasiswa yang telah dibentuk di seluruh Indonesia dibubarkan. Tetapi hal itu tidak berhasil.

Masa Orde Baru.

Peran Resimen Mahasiswa terus berlanjut dalam bidang Pertahanan Keamanan Negara, sekalipun tantangan juga semakin besar. Pada masa awal Orde Baru, keterlibatan Menwa cukup besar dalam penumpasan sisa-sisa G 30 S/PKI, dilanjutkan dengan menjadi bagian dari Pasukan Kontingen Garuda ke Timur Tengah, operasi teritorial di Timor Timur dan sebagainya. Penyelenggaraan pendidikan dan latihan dasar kemiliteran untuk menciptakan kader dan generasi baru bagi Menwa juga terus dilaksanakan.

Di lain pihak, di lingkungan Perguruan Tinggi pada tahun 1968 dikeluarkan keputusan untuk wajib latih bagi mahasiswa (WALAWA) dan wajib militer bagi mahasiswa (WAMIL) berdasarkan Keputusan Menhankam Nomor: Kep/B/32/1968 tanggal 14 Februari 1968 tentang Pengesahan Naskah Rencana Realisasi Program Sistem Wajib Latih dan Wajib Militer bagi Mahasiswa. Dilanjutkan operasionalisasinya dengan Keputusan Bersama Dirjen Dikti dan Kas Kodik Walawa Nomor 2 Tahun 1968 dan Nomor: Kep/002/SKW-PW/68. Program ini kemudian diganti dengan Pendidikan Kewiraan dan Pendidikan Perwira Cadangan (PACAD) pada tahun 1973 (Keputusan Bersama Menhankam/Pangab dan Menteri P & K Nomor: Kep/B/21/1973 dan Nomor: 0228/U/1973 tanggal 3 Desember 1973 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Kewiraan dan Pendidikan Perwira Cadangan di Perguruan Tinggi/Universitas/Akademi). Program WALAWA ini diikuti oleh seluruh mahasiswa dan berbeda dengan Menwa keberadaannya.

Program WALAWA pada tahun 1974 dibubarkan. Dan pada tahun 1975 sejalan dengan perkembangan dan kemajuan penyempurnaan organisasi Menwa terus diupayakan. Setelah dikeluarkan Keputusan Bersama Menhankam/Pangab, Mendikbud dan Mendagri Nomor: Kep/39/XI/1975, Nomor: 0246 a/U/1975 dan Nomor: 247 Tahun 1975 tanggal 11 November 1975 tentang Pembinaan Organisasi Resimen Mahasiswa Dalam Rangka Mengikutsertakan Rakyat Dalam Pembelaan Negara, disebutkan bahwa Resimen Mahasiswa dibentuk menurut pembagian wilayah Propinsi Daerah Tingkat I sehingga berjumlah 27 Resimen Mahasiswa di Indonesia. Sedangkan keanggotaan Menwa adalah mahasiswa yang telah lulus pendidikan Menwa (latihan dasar kemiliteran) dan Alumni Walawa.

Sebagai pelaksanaan ketentuan tersebut di atas, dikeluarkan Keputusan Bersama Menhankam/Pangab, Mendikbud dan Mendagri Nomor: Kep/02/I/1978, Nomor: 05/a/U/1978 dan Nomor: 17A Tahun 1978 tanggal 19 Januari 1978 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Organisasi Resimen Mahasiswa, hingga kemudian dalam perkembangannya dilakukan lagi penyempurnaan peraturan pada tahun 1994.

Pada tanggal 28 Desember 1994 Organisasi Menwa mengalami penyempurnaan melalui Keputusan Bersama Menhankam, Mendikbud dan Mendagri Nomor: Kep/11/XII/1994, Nomor: 0342/U/1994 dan Nomor: 149 Tahun 1994 tanggal 28 Desember 1994 tentang Pembinaan dan Penggunaan Resimen Mahasiswa Dalam Bela Negara. Sebagai pelaksanaan ketentuan tersebut dikeluarkan serangkaian keputusan pada Direktur Jenderal terkait dari ketiga Departemen Pembina, yang terdiri atas Keputusan Dirjen Persmanvet Dephankam RI Nomor: Kep/03/III/1996 tanggal 14 Maret 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Resimen Mahasiswa, Nomor: Kep/04/III/1996 tanggal 14 Maret 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pakaian Seragam, Tunggul dan Dhuaja Menwa dan Pemakaiannya dan Nomor: Kep/05/III/1996 tanggal 14 Maret 1996 tentang Peraturan Disiplin Resimen Mahasiswa. Serta Keputusan Dirjen Dikti Depdikbud RI Nomor: 522/Dikti/1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Satuan Resimen Mahasiswa di Lingkungan Perguruan Tinggi.

Masa Reformasi.

Pada masa reformasi yang salah satu agendanya adalah penghapusan Dwi Fungsi TNI, berimbas pada keberadaan Resimen Mahasiswa Indonesia, karena Menwa dianggap merupakan perpanjangan tangan TNI di lingkungan perguruan tinggi. Kemudian muncul tuntutan pembubaran Menwa di berbagai perguruan tinggi pada awal tahun 2000.

Menyikapi tuntutan pembubaran Menwa tersebut, para Pimpinan Menwa di berbagai daerah baik Komandan Satuan maupun Kepala Staf Resimen Mahasiswa mengadakan berbagai koordinasi tingkat regional dan nasional, antara lain dilaksanakan di Bandung, Yogyakarta, Bali dan di Jakarta.

Para Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan yang dikoordinasikan oleh Dirmawa Ditjen Dikti Depdiknas juga membentuk tim untuk membahas masalah Menwa dan mengadakan pertemuan di Yogyakarta, Jakarta dan terakhir di Makassar pada awal sampai pertengahan tahun 2000.

Pada akhir September 2000 diadakan Rapat Koordinasi antara tim PR III Bidang Kemahasiswaan dengan seluruh Kepala Staf Resimen Mahasiswa se-Indonesia di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur yang menghasilkan rancangan Keputusan Bersama 3 Menteri (Menhan, Mendiknas dan Mendagri) yang baru.

Pada tanggal 11 Oktober 2000 diterbitkan Keputusan Bersama Menhan, Mendiknas dan Mendagri & OtdaNomor: KB/14/M/X/2000, Nomor: 6/U/KB/2000 dan Nomor: 39 A Tahun 2000 tanggal 11 Oktober 2000 tentang Pembinaan dan Pemberdayaan Resimen Mahasiswa. Sebagai penjabaran ketentuan dari KB 3 Menteri tersebut, dikeluarkan serangkaian surat dari Dirjen terkait dari 3 Departemen Pembina, yakni: Surat Mendagri & Otda RI Nomor: 188.42/2764/SJ tanggal 23 Nopember 2000 tentang Keputusan Bersama Menteri Pertahanan, Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Surat Edaran Dirjen Dikti Depdiknas RI Nomor: 212/D/T/2001 tanggal 19 Januari 2001 tentang Tindakan Keputusan Bersama Tiga Menteri, Surat Telegram Dirjen Sundaman Dephan RI Nomor: ST/02/I/2001 tanggal 23 Januari 2001 tentang Kedudukan Resimen Mahasiswa, Surat Telegram Dirjen Sundaman Dephan RI Nomor: ST/03/2001 tanggal 9 Februari 2001, Surat Telegram Dirjen Pothan Dephan RI Nomor: ST/06/2001 tanggal 18 Juli 2001 dan Surat Dirjen Kesbangpol Depdagri RI Nomor: 340/294.D.III tanggal 28 Januari 2002.

Para Kepala Staf Resimen Mahasiswa se-Indonesia terus mengadakan berbagai pertemuan yang akhirnya bersepakat perlu adanya organisasi Menwa di tingkat Nasional sehingga terbentuk Badan Koordinasi Nasional Corps Resimen Mahasiswa Indonesia (BAKORNAS CRMI), yang disahkan keberadaannya pada Rapat Komando Nasional yang pada waktu itu karena ingin menyesuaikan dengan tuntutan reformasi maka diberi nama menjadi Kongres Resimen Mahasiswa Indonesia tahun 2002 di Medan.

Walaupun arah pembinaan dan pemberdayaan Menwa menjadi kurang optimal dengan belum terbitnya Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) dari KB 3 Menteri tersebut di atas, pengabdian Menwa terus berlanjut. Salah satunya adalah sebagai pelopor pembentukan posko relawan kemanusiaan yang dikoordinasikan oleh Dephan RI untuk bencana Tsunami Aceh pada akhir Desember 2004 sampai dengan pertengahan 2005. Demikian juga ketika terdapat bencana gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006, Menwa dari berbagai daerah juga mengirimkan relawannya.

Dalam perkembangan terakhir, BAKORNAS CRMI dirasa kurang efektif dengan suatu kegagalan mendasar tidak mampu membuat kaderisasi baru dalam wujud Latsarmil maupun pendidikan lanjutan. Dan dalam Rakomnas Rapat Komando Nasional Resimen Mahasiswa Indonesia di Jakarta pada tanggal 24-26 Juli 2006, BAKORNAS CRMI di bubarkan dan dibentuk badan nasional baru yakni Komando Nasional Resimen Mahasiswa Indonesia atau disingkat KONAS MENWA, sebagai lembaga kepemimpinan struktural Menwa di tingkat nasional. Lembaga baru ini kian eksis hingga saat ini setelah mampu mendorong kembali pelaksanaan latsarmil, serta pendidikan lanjutan bagi anggota Menwa, serta menghidupkan kembali satuan-satuan Menwa yang telah mati serta membangun Staf Komando Resimen (SKOMEN) Menwa di provinsi-provinsi baru. Hingga saat ini KONAS MENWA merupakan struktur organisasi tertinggi dalam hal kordinasi serta komando organisasi Menwa di tingkat nasional.

Read More “Sejarah Menwa”  »»

Minggu, 13 Juni 2010

Panca Dharma Satya adalah janji Resimen Mahasiswa Indonesia :

1. Kami adalah mahasiswa warga Negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
2. Kami adalah mahasiswa yang sadar akan tanggung jawab serta kehormatan akan pembelaan negara dan tidak mengenal menyerah.
3. Kami Putra Indonesia yang berjiwa ksatria dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa serta membela kejujuran, kebenaran dan keadilan.
4. Kami adalah mahasiswa yang menjunjung tinggi nama dan kehormatan Garba Ilmiah dan sadar akan hari depan Bangsa dan Negara.
5. Kami adalah mahasiswa yang memegang teguh disiplin lahir dan batin, percaya pada diri sendiri dan mengutamakan kepentingan Nasional di atas kepentingan pribadi maupun golongan.

Read More “Panca Dharma Satya adalah janji Resimen Mahasiswa Indonesia :”  »»

Jumat, 11 Juni 2010

Disiplin

menjadi seorang resimen mahasiswa yang baik harus disiplin baik pakaian,waktu,ucapan dan lain sebagainya. jika tidak tunggu sanksi yang akan diberikan kepada atasan anda...!!! di menwa ada yang di beri tugas kepada atasan untuk menegak disiplin yaitu,,, Provos..!!! Provos berhak memberikan sanksi bagi orang (menwa) melanggar aturan yang telah disepakati. ada juga yang di Ansiplin ( Atasan Penagak Disiplin ) yang memberikan hukuman bagi orang (menwa) yang melanggar peraturan. Ansiplin di antaranya adalah

1. Komandan METRIK => Rektor, kepala, ketua PT (Perguruan Tinggi)
2. komandan SATUAN => ketua menwa yang berada di PT
3. Danyon => Pembina, Alumni menwa.

Larangan

1. menjatuhkan nama baik Organisasi
2. menyalah gunakan hak dan wewenang
3. mendatangi tempat maksiat
4. minum minuman keras, judi, narkoba, mencuri, dll

sanksi disiplin
setiap gerak, ucapan, yang melanggar peraturan yang telah disepakati akan diberi sanksi sesuai dengan hasil pertimbangan...!!!
adapun tingkatannya sebagai berikut...!!!

- ringan : Teguran
- Sedang : Berupa hukuman fisik maupun tertulis seperti 5M, lari sampai bodo', jalan jongko
- Berat : Penggeseran Jabatan, D.O 3 bulan atau sesuai dengan hasil pertimbangan.

terimakasih....!!!

Read More “Disiplin”  »»

Minggu, 06 Juni 2010

Lintang kanan dan lintang kiri

dalam materi kemenwaan ada yang disebut dengan lintang yang berarti mengubah posisi berbaris ke berbanjar, lintang terbagi menjadi dua yaitu lintang kanan dan lintang kiri.

1. lintang kanan, hadap kiri dan lansung haluan kanan.
2. lintang kiri. hadap kanan dan langsung haluan kiri

Read More “Lintang kanan dan lintang kiri”  »»

Jumat, 28 Mei 2010

taktik tempur

pada kesempatan kali ini saya akan mencoba membagi ilmu yang saya peroleh dari salah satu organisasi yang saya ikuti di kampus,,, yaitu menwa...! sesuai dengan topik kita pada yaitu taktik tempur. taktik tempur ada dua macam
1. perorang
dalam melakukan taktik tempur perorangan,setiap individu harus menjaga dirinya sendri!!! jika dalam keadaan jalan memakai senjata pada keadaan itu juga terdengar senjata dari lawan maka kita langsung dalam posisi merayang dan mengguling 1X serta siap menembak musuh!!!
2. beregu
taktik tempur beregu, di pimpin oleh seorang danton atau pemimpin perang, sekaligus mengatur posisi prajurit, posisi danton berada di urutan 3 dari belakang prajurit dan wakil danton berada di posisi ke 2 dari belakang prajurit.

Read More “taktik tempur”  »»

Minggu, 23 Mei 2010

TUM (TATA UPACARA MILITER)

pada kesempatan kali ini saya akan mencoba berbagi kepada anda sekaligus sharing!!! tentang materi TUM atau biasa disebut Tata Upaca Militer!!! ok tanpa panjang lebar kita langsung TKP.
didalam upaca militer ada orang yang ditugaskan
1.inspektur upacara
2.komandan upacara
3.koordinator lapangan upacara
4.Provos
5.Danton

Read More “TUM (TATA UPACARA MILITER)”  »»

 

Dark Side Blogger Template

komentar baru

Change Font This Blog

Dark Side Blogger Template

Dark Side Blogger Template

Dark Side Blogger Template Copyright 2009 - MENWA 712 WOLTER MONGINSIDI STAIN PALOPO is proudly powered by Blogger.com Edited By Belajar SEO